Referensi Kagem Mas Anjas

I.1. Kinerja 1].
Menurut Campbell, et. al (dalam Cascio, 1998) menyatakan bahwa kinerja sebagai sesuatu yang tampak, dimana individu relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja yang baik merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang baik pula.
Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan dengan tujuan organisasi (Kane & Kane, 1993, Bernardin & Russell, 1998, Cascio, 1998, dalam http://wangmuba.com/2009/03/04/pengertian-kinerja/). Kinerja seseorang merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan kesempatan, yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya, oleh karena itu kinerja bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang melalui hasil kerja yang telah dan akan dilakukan seseorang. Kinerja dapat pula diartikan sebagai kesuksesan individu dalam melakukan pekerjaannya, dan ukuran kesuksesan masing-masing karyawan tergantung pada fungsi dari pekerjaannya yang spesifik dalam bentuk aktifitas selama kurun waktu tertentu, dengan kata lain ukuran kesuksesan kinerja tersebut didasarkan pada ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
Miner (1992), mengatakan bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut sebagai evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang mana evaluasi tersebut membutuhkan standarisasi yang jelas.
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktifitas kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan hal-hal seperti : kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya. (Hadipranata, 1996).
I.2. Disiplin Kerja 2].
Disiplin atau Disiplin kerja adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat (Moukijat 1984).
Pengertian disiplin dikemukakan juga oleh Nitisemito (1988), yang mengartikan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Dari beberapa pengertian di atas, disiplin terutama ditinjau dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya.
Menurut Nitisemito (1988) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan pekerjaan dan kemampuan pekerjaan, teladan pimipin, kesejahteraan, keadilan, pengawasan melekat (waskat), sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.
Perilaku disiplin karyawan merupakan sesuatu yang tidak muncul dengan sendirinya, tetapi perlu dibentuk. Oleh karena itu, pembentukan perilaku disiplin kerja, menurut Commings (1984, dalam http://ekonomimanajemen.blogspot.com/2009/01/disiplin-kerja.html) dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1) Preventive dicipline
Preventive dicipline merupakan tindakan yang diambil untuk mendorong para pekerja mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sehingga pelanggaran tidak terjadi. Tujuannya adalah untuk mempertinggi kesadaran pekerja tentang kebijaksanan dan peraturan pengalaman kerjanya.
2) Corrective discipline
Corrective discipline merupakan suatu tindakan yang mengikuti pelanggaran dari aturan-aturan, hal tersebut mencoba untuk mengecilkan pelanggaran lebih lanjut sehingga diharapkan untuk prilaku dimasa mendatang dapat mematuhi norma-norma peraturan.

Pada dasarnya, tujuannya semua disiplin adalah agar seseorang dapat bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh perusahaan. Dengan kata lain, agar seseorang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik.
Namun demikian, ketika bekerja, seorang karyawan dapat menampilkan perilaku yang tidak disiplin. Gibson dkk. (1988) mengemukakan beberapa perilaku karyawan tidak disiplin yang dapat dihukum adalah keabsenan, kelambanan, meninggalkan tempat kerja, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi, mengancam pimpinan, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, pembangkangan perintah, memperlakukan pelanggaran secara tidak wajar, memperlambat pekerjaan, menolak kerja sama dengan rekan, menolak kerja lembur, memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, pemogoan secara ilegal.

I.3. Masa Kerja 3].
Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Susilo Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa masa kerja atau pengalaman kerja dalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan disamping kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya.
I. 4. Lingkungan Kerja 4]
Beberapa ahli mendifinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut :
Menurut Alex S Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :
“Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.

Menurut Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :
“Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja.

II. 1. Kepuasan kerja 5]
Definisi/pengertian dari kepuasan kerja
• Newstrom : mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami [pegawai] dalam bekerja
• Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
• Handoko : Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
• Stephen Robins : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

II.2. Reward 6]
Pengertian reward :
Menurut Bowen dalam bukunya Recognizing and Rewarding Employees, pengertian reward adalah: "Reward is something given or received in return for
service." (Bowen 2000:20)
Reward dalam perusahaan diterima pekerja lewat pemberian kompensasi. Menurut Nitisemito, "Kompensasi bagi organisasi perusahaan berarti penghargaan bagi para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya melalui kegiatan yang disebut bekerja" (Nitisemito 1996:9)

II.3. Jenjang Karier 7]
Jenjang karier merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Pemilihan karir secara bertahap akan menjamin individu dalam mempraktikkan bidang profesinya karena karir merupakan investasi dan bukan hanya untuk mendapatkan penghargaan/imbalan jasa.

III.1. Loyalitas Karyawan 8]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, loyalitas berarti kesetiaan; kepatuhan. Loyalitas karyawan bias diartikan sebagai kepatuhan dan komitmen seorang karyawan terhadap peraturan yang ada dalam perusahaannya atau instansi dimana ia bekerja.

III.2. Tingkat Penghasilan 8]
Tingkat berarti susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek (KBBI : 2003). Tingkat penghasilan merupakan susunan atau hierarki penghasilan individu.

III.3. Lingkungan Kerja  kembali ke I.4.

SUMBER PUSTAKA
1]. Wangmuba, Pengertian Kinerja. http://wangmuba.com/2009/03/04/pengertian-kinerja/. Diposting 04 Maret 2009. Diakses 27 Oktober 2009
2]. Darius. Disiplin Kerja. http://ekonomimanajemen.blogspot.com/2009/01/disiplin-kerja.html. Diposting 11 Januari 2009. Diakses 27 Oktober 2009
3]. Subawa, Sri nyoman dan Ida Bagus AB. Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan Dan Masa Kerja Di The Losari Hotel Dan Rama Garden Hotel Kuta Badung http://www.undiknas.ac.id/wp-content/uploads/jurnal/analisis-perbedaan-prestasi-kerja-nym.srisubawa-iba.budiarta.pdf. Akses 28 Oktober 2009
4]. Intanghina. Pengaruh Budaya Perusahaan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. http://intanghina.wordpress.com/2008/04/28/pengaruh-budaya-perusahaan-dan-lingkungan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/. Posting 28 April 2008. Akses 28 oktober 2009
5]. Wikipedia. Kepuasan kerja. http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja. Posting 17 Okober 2009. Akses 28 Oktober 2009
6]. Digital Library Univ.Petra. Bab II : Landasan Teori. http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eakt/2002/jiunkpe-ns-s1-2002-32498011-3759-reward-chapter2.pdf. Akses 29 Oktober 2009
7]. Asuhan Keperawatan. Jenjang Karier Perawat. http://blog.asuhankeperawatan.com/blog/2008/10/31/jenjang-karir-perawat/. Akses tanggal 29 Oktober 2009
8]. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2003.

Prediksi Soal UASBN SD/MI Tahun 2009

UAN sudah semakin dekat, jadi perlu prepare bagi yang emang berkepentingan...
Bagi yang pengin download Prediksi Soal UASBN SD/MI Tahun 2009 dapat klik disini.
thankz 4 downloading.

Everyone act by emotion not reason

Memainkan emosi lebih berperan dalam membimbing moral keputusan menyangkut perawatan orang lain selain alasan. Kami perlakuan terhadap orang lain diklasifikasikan sebagai moral atau imoral berdasarkan bagaimana kita membuat yang lain merasa. Kami adalah empati bahwa panduan bagaimana keputusan kami untuk merawat orang. Karena manusia emosi dan perasaan yang universal, kode etik yang kebanyakan berasal dari instink. Aturan emas - lakukan untuk orang lain yang Anda akan lakukan untuk diri sendiri - menggambarkan bagaimana keputusan moral dipandu berdasarkan kesetaraan dan memberikan kesempatan untuk orang-orang yang mengejar perdamaian dan kebahagiaan. Bahkan jika keputusan itu yang sangat wajar atau justifikasi untuk maju, kita akan ragu-ragu untuk mendukungnya jika kami merasa dibuat gelisah.

Salah satu contoh di mana ini dapat digambarkan dalam bidang ilmu, adalah eksploitasi kami prediksi berdasarkan evolusi. Ide dari seleksi alam dalam teori evolusi adalah bahwa dalam persaingan hidup, organisme dengan kurang menguntungkan traits mati, dan pengepas hidup. Bila diterapkan pada genetika, berarti kurang bermanfaat atau merusak gen adalah siang keluar sehingga populasi memiliki masa depan yang lebih baik, meningkatkan genotypes. Dalam perspektif biologis, setiap individu dari tujuan mereka adalah lebih baik oleh spesies ini tetap hidup melalui reproduksi dan menghasilkan keturunan yang sehat akan membawa mereka gen bermanfaat untuk generasi berikutnya. Namun, yang berliku-liku dalam proses alam ini terjadi dengan perkembangan ilmu kedokteran, teknologi, dan perawatan, untuk mempertahankan orang-orang dengan masalah-masalah kesehatan, dengan tetap hidup mereka untuk lulus pada flawed gen ke generasi. Ini keterlaluan menurut evolusi, karena defeats alam tujuan memperkuat suatu spesies. It would be wajar bukan, bukan agar orang yang hidup merusak gen sehingga untuk menghapuskan mereka dari gene renang. Namun, seperti perspektif belum dianggap sebagai etika karena tidak setuju dengan orang-orang emosional instincts. Bila ada seseorang yang mengasihi saudara-Nya, dan dia diabetes, ia kemungkinan besar tidak akan puas dengan penjelasan yang matinya kontribusi yang lebih besar menyebabkan biologis, tetapi lebih dari itu akan menderita kerugian karena adanya emosional lampiran ia bersama-sama dengan dia . Ini adalah sudut pandang kebanyakan orang mempertimbangkan ketika memutuskan apa yang salah. Karena sifat manusia yang akan mampu emosi yang sama, secara umum sepakat bahwa itu bukanlah sebuah keputusan moral untuk memberitahu seseorang mati walaupun ada konsekuensi biologi.

Namun, argumen yang masuk akal yang tersedia untuk tujuan yang sama. Meskipun setiap Mei membawa lethal gene, ia juga dapat membawa manfaat untuk lulus pada gene. Sebenarnya, gene dapat bermanfaat dalam jangka panjang. Secara bersamaan, yang diduga sehat individu dapat membawa berbahaya terdesak gene atau letal gene itu, jika menghasilkan keturunan homozygous untuk gene, menimbulkan efek yang merugikan. Jadi, kita selalu dapat menghapuskan baik pada saat yang sama kita menghapuskan buruk. Sebaliknya, dengan tetap hidup tertentu traits kami dapat mempertahankan traits berbahaya.

Contoh lain yang menunjukkan bagaimana emosi prevails in justifying moral keputusan lebih dari alasan sedang mempertimbangkan Stalin alasan berpangkat lebih rendah dari hak-hak dan kebahagiaan kepada orang-orang ke jalan negara. Yang pertama-Lima Tahun-Rencana terdiri dari tujuan ke pesat industrialisasi Rusia ke taraf yang sama ia mengambil Inggris untuk mengembangkan yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu. Untuk melakukan ini dia collectivized yang petani untuk memproduksi cukup untuk membantu perekonomian negara. Namun, permintaan dari program yang sangat besar petani yang tidak mampu untuk makan sendiri. Ketika mereka yg berontak, Stalin outraged mereka adalah ancaman bagi upaya progresif counter-Nya, dan dihapuskan melalui pembuangan dan pembunuhan. Di sini, Stalin dasarnya memiliki alasan untuk tindakan. Namun, tidak setiap orang dapat konten di bawah keadaan yang dipaksakan oleh negara. Meskipun Stalin berusaha untuk membantu perekonomian secara umum, ia kekurangan pemahaman manusia untuk mempertimbangkan implikasi-Nya pada orang-orang dari negara kesejahteraan. Ini sebabnya Stalin's diklasifikasi sebagai tindakan asusila, meski ia progresif tujuan untuk negara.

Selain itu, sementara empati manusia adalah dasar bagi banyak keputusan moral, kita harus mempertimbangkan moral kami interaksi dengan spesies lain. Apakah binatang pantas perlakuan yang sama seperti yang dilakukan manusia, atau ada justifikasi bagi kita untuk mempertimbangkan mereka rendah kepada manusia? Pada umumnya diterima bahwa kami dasar untuk memperlakukan orang sama-sama adalah bahwa kita semua sama-sama mampu perasaan yang sama, emosi, dan instincts. Namun, lakukan hewan merasa dengan cara yang sama seperti manusia lakukan? Pengamatan umum menunjukkan bahwa sebagian besar jenis binatang tidak emosi kompleks pelabuhan, seperti loyalitas. Kebanyakan individu-individu manusia, di sisi lain, cenderung merasa bahwa mereka layak loyalitas mereka romantis dari pasangan atau suami, dimana salah untuk mitra berzinah atau memiliki beberapa mitra. Namun, dalam masyarakat binatang, sebagian besar spesies (dengan beberapa pengecualian) memilih beberapa mates yang mampu menghasilkan berbagai keturunan sehat. Selain itu, studi yang kejam anak-anak menunjukkan bahwa ketika ada bahaya, setiap anak setelah melihat sendiri namun sepertinya tidak mempertimbangkan kesejahteraan orang lain. Walaupun binatang dapat bekerja secara kolektif untuk mempertahankan diri mereka sendiri, mereka melakukannya innately dan tanpa disadari, sedangkan manusia yang sadar interaksi mereka dengan orang lain. Binatang apa tampaknya gablek rasa sakit fisik yang sama taraf sebagai manusia, sehingga harus salah mereka disiksa secara fisik. Tetapi makan daging binatang sebagai menyinggung sebagai pembunuhan dan merupakan salah satu dari kita sesama manusia? Argumen terhadap pembunuhan hewan untuk konsumsi dilakukan oleh Vegetarians vegans dan berasal dari emosi Berkaitan dengan binatang, karena mereka menerapkan empati mereka sama ada untuk manusia terhadap hewan. Di sisi lain, orang-orang yang membenarkan konsumsi hewan lainnya oleh mengklaim bahwa itu adalah komponen penting dari rantai makanan dan binatang yang memiliki lebih sederhana, gaya hidup kurang bertujuan untuk alasan banding. Oleh karena itu, dalam kasus hak-hak hewan, tidak ada alasan atau prevalensi emosi dalam menentukan tanah aturan moral untuk merawat spesies lainnya. Ini menunjukkan kita tidak merasa yang sama luasnya empati terhadap mereka seperti yang kita lakukan untuk anggota spesies kita sendiri.

Walaupun ada dasar instincts yang biasanya dipakai bersama-sama di antara manusia ras, walaupun lokasi atau budaya, ada akhlak yang berbeda menurut kelompok masyarakat tertentu. Dengan budaya 'tradisional akhlak Mei bertentangan satu sama lain dan kaidah yang universal dibahas sebelumnya. Moral relativism menyatakan bahwa tidak ada nilai-nilai universal, dan budaya yang menentukan sendiri. Dengan demikian, tidak ada seorangpun yang berhak untuk menghakimi kelompok lain dari nilai-nilai karena mereka hanya akan asserting paradigma mereka sendiri pada orang lain. Namun, ketika terjadi kontradiksi yang menyatakan bahwa semua budaya harus toleran dari budaya lain 'nilai-nilai moral. Jika satu grup menegaskan nilai-nilai moral yang tepat untuk tidak mentolerir satu grup tetapi kode moral mereka, bukan stres, sebelumnya contradicts pernyataan itu sendiri. Tetapi berdasarkan keputusan moral manusia empati harus reemphasized. Berbeda agama atau budaya contradicting ada aturan mengenai konsumsi daging babi atau alkohol, tetapi ada nilai-nilai inti mengenai perlakuan terhadap orang lain terjadi pada kebanyakan kebudayaan. Sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk tinggal di perdamaian dan berisi beberapa rasa persatuan atau kerjasama. Dengan demikian, kaidah yang paling umum untuk kebudayaan. Dibutuhkan pembunuhan dan penyiksaan terhadap orang-orang bersalah biasanya dicentang. Namun, kami telah mendengar dari orang-orang inflicting "tak berperikemanusiaan" atas perlakuan lainnya, baik, manusia. Beberapa kelompok tidak menerapkan kode moral mereka sendiri kepada kelompok eksternal. Contoh saat ini termasuk genosida di Darfur, di samping berbagai genocides di wilayah lain di Afrika, dan Abu Ghraib di mana tentara Irak dan warga sipil telah disiksa. Riwayat contoh termasuk Holocaust orang-orang Yahudi oleh Jerman Nazis, serta perbudakan.

Kurangnya empati yang paling untuk menyalahkan ini terjadi. Kurangnya empati ini biasanya terjadi di antara berbagai kelompok masyarakat dibagi oleh ras, bahasa, agama, atau jenis kelamin. Apa inhibits satu grup untuk empati lain? Ketika mereka mencegah mereka dari perbedaan yang berkaitan dengan pihak lain, pemahaman mereka tidak mampu sama perasaan dan emosi. Bahkan di dalam satu grup, penaklukan perempuan ini disebabkan oleh ketidakmampuan lain untuk mewujudkan jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang memiliki karakteristik yang mirip dari mereka menyiratkan atribut fisik. Perempuan secara fisik lebih lemah dibandingkan laki-laki, yang membentuk asumsi bahwa mereka jadi mental juga. Inhumanities dan konflik terjadi di antara berbagai kelompok masyarakat. Misalnya, Schulman, seorang psikolog yang bekerja dengan remaja delinquents, dijelaskan bahwa The Adolescents dinyatakan melanggar hukum penjambretan pada seseorang yang lanjut usia wanita, tetapi ia merasa bahwa okay ke mug "sebuah Cina pengiriman guy" (Kluger, J., "What Makes Kami moral ", Waktu, 3 Desember 2007. 60 hal.). Untuk mug old lady yang merupakan pelanggaran karena "yang dapat saya nenek." "The old lady adalah seseorang yang mereka dapat dengan empathize", menjelaskan Schulman. "The Chinese delivery guy is asing, dan dgn beribarat literally, kepada mereka."

Hal ini menjelaskan lebih jauh alasan mengapa ketika Eropa pertama yang mendarat di Amerika, mereka tidak merasa perlu untuk memperpanjang hak-hak sipil mereka ke Penutur Amerika, yang mereka pikir sebagai sub-manusia. Demikian pula, ia ikut cukup sebentar untuk umum penduduk Amerika untuk melihat rasialis Afrika descendents berbeda sebagai sama, pada awalnya pembudakan mereka dan kemudian segregating mereka dari fasilitas untuk orang putih. Adalah ketika kita mengenal satu sama lain secara pribadi - yang bisa sulit dengan hambatan bahasa - ketika kita menyadari bahwa kita semua yang sama mampu emosi.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free Ebook